MANUSIA MENURUT AL-QUR'AN
Selaku makhluk ciptaan, manusia dianugerahi pencipta-Nya dengan sejumlah nama atau sebutan. Setidaknya ada empat kata yang digunakan al-Qur‟an untuk menunjuk makna manusia, yaitu: al-basyar, al-insān, al-nās, dan banī ādam. Meskipun kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan berikut dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Al-Basyar Kata al-basyar dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 Surah. Secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Menurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang.Di bagian lain dari al-Qur‟an disebutkan bahwa kata basyar digunakan untuk menunjukkan proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap hingga mencapai kedewasaan. Manusia secara biologis dengan segala kebutuhan. Berdasarkan konsep al-basyar, manusia tak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembangbiak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan.
2. Al-Nās Kata al-nās dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 Surah. Kata al-nās menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya dan menunjuk manusia yang berakal.
3. l-Insān Islam sebagai agama samawi paling belakangan muncul juga menawarkan pandangan tentang manusia. Manusia dalam bahasa Arab disebut al-nās atau al-insān. Kata al-insān dalam al-Qur‟an disebut sebanyak 60 kali.Kata al-insān berasal dari kata al-uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Dalam al-Qur‟an kata insān sering juga dihadapkan dengan kata jin atau jān, yaitu makhluk yang tidak tampak. Kata insān dalam al-Qur‟an digunakan untuk menunjuk manusia sebagai totalitas (jiwa dan raga). Perkembangan tersebut antara lain, meliputi kemampuan untuk berbicara. Menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu, dengan mengajarkan manusia dengan kalam (baca tulis), dan segala apa yang tidak diketahui.
Tanah: Merujuk pada asal-usul penciptaan manusia dari unsur tanah, yang menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari bahan dasar yang sederhana dan rendah. Ini menegaskan keagungan Allah yang mampu menciptakan makhluk yang sempurna dari sesuatu yang hina.
Manusia materi dan fisik: Manusia diciptakan dari saripati tanah yang rendah (mani), yang menunjukkan bahwa manusia memiliki aspek fisik dan materi. Ini mengingatkan manusia akan kelemahan dan ketergantungannya pada Allah.
Manusia rendahan: Istilah ini merujuk pada asal-usul manusia yang diciptakan dari bahan yang rendah (tanah dan mani), namun tidak berarti manusia itu rendah secara martabat. Sebaliknya, ini mengingatkan manusia untuk tidak sombong dan selalu bersyukur kepada Allah, karena mereka diciptakan dari sesuatu yang hina tetapi diberi kehormatan sebagai makhluk yang dimuliakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar